Mengupas Perilaku Seorang Deadliner

Coba bayangin deh, kamu diberi tugas oleh guru/dosen dengan deadline (tenggat waktu) sekitar 2 minggu.

Menurutmu, kapan tugas tersebut dapat dikerjakan secara maksimal?

Apakah diawal waktu pemberian tugas? Pertengahan? Atau bahkan ketika sudah sangat mendekati deadline yang telah ditentukan?

Jika kamu merasa, semakin dekat dengan deadline akan semakin maksimal performa kamu (atau kamu merasa lebih bisa kerja lebih baik), mungkin kamu perlu mempertimbangkan kembali anggapan tersebut.

Kenapa ketika semakin dekat dengan deadline kita merasa jadi lebih mampu berperforma maksimal?

Semakin mendekati deadline, biasanya kita akan merasa sangat cemas atau terdesak karena menyadari jika sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Disaat merasa cemas dan terdesak, akhirnya kita akan terdorong untuk segera menyelesaikan tugas dengan cara apapun agar terhindar dari konsekuensi negatif.

Semakin dekat dengan deadline, dorongannya akan terasa semakin besar untuk bisa menyelesaikan tugas tersebut secepat mungkin.

Nah, di sinilah letak permasalahannya. Pengerjaan yang dilalui dengan proses yang 'mepet' deadline akan memberikan kamu bias kognitif yang terkesan memberi persepsi, seperti

Performaku akan meningkat jika semakin dekat dengan waktu deadline, karena dengan deadline aku dapat dengan mudah mendapat inspirasi.

Padahal karena kecemasanmu akan waktu deadline, maka kamu hanya akan berfokus untuk menyelesaikan tugas.

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels

Perkara kualitas dan ketelitian, itu urusan yang berbeda sebab kamu akan cenderung mengabaikannya kedua hal tersebut. Simpelnya, 'wis... sing penting kelar tuntas'.

Kamu akan cenderung merasa puas dengan hasilnya karena sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk memperbaiki tugas tersebut.

Nggak heran jika akhirnya kamu merasa produktif, insightful dan berperforma baik ketika mengerjakan tugas mendekati deadline.

Padahal yang kamu lakukan hanyalah menyelesaikan tugas tanpa mempertimbangkan kualitas dan ketelitian pengerjaan.

So, kapan waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas secara optimal?

Kali ini kita akan membahasnya sedikit menggunakan sudut pandang ilmiah, ntaps!

Mengacu pada Yerkes-Dodson Law, kita bisa mencapai performa maksimal saat memiliki rasa cemas/stress secara moderat, tidak rendah maupun tidak tinggi.

Photo taken from healthline

Ketika berada pada situasi yang terlalu stress, kita akan cenderung merasakan tekanan yang amat berat hingga tidak dapat fokus dengan apa yang harus dikerjakan.

Di sisi lain, jika tidak merasakan stress sama sekali, kita akan menjadi terlalu santai atau tidak serius saat menyelesaikan hal tersebut.

Contoh Yerkes-Dodson law

Ketika seorang siswa sedang menjalani ujian matematika di sekolahnya.

Kecemasan yang terlalu tinggi dapat membuatnya tidak fokus dan melupakan rumus-rumus yang sudah ia pelajari sebelumnya.

Namun, ketika terlalu santai maka ia bisa melakukan kecerobohan saat mengerjakan soal yang diberikan sehingga meningkatkan peluang melakukan kesalahan selama prosesnya.

Dengan pengendalian rasa cemas yang tepat, ia dapat fokus dan tetap berhati-hati (teliti) saat mengerjakan tugas tersebut sehingga peluang mendapat nilai yang bagus meningkat.

Nah, jika kita kembali pada konteks pengerjaan tugas dengan deadline, sebenarnya waktu ideal untuk mendapatkan performa yang optimal itu sangat bervariatif.

Kenapa demikian? Karena ada banyak faktor yang perlu menjadi pertimbangan.

Pertimbangan dari tingkat kerumitan tugas yang dikerjakan.

Jika kamu diberikan tugas sederhana dan tidak rumit, mungkin kamu akan mendapatkan stress yang moderat pada H-2 atau H-1 deadline yang diberikan.

Jika kamu diberikan tugas yang kompleks dan cukup rumit, seperti menulis sebuah karya ilmiah, mungkin kamu akan mendapatkan stress yang ideal 1 atau 2 minggu atau bahkan beberapa bulan sebelum deadline yang ditetapkan.

Atau contoh lainnya adalah kapabilitas atau kemampuan kita dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Pertimbangan dari tingkat kemampuan personal.

Ketika seseorang merasa mampu dan memiliki kompetensi untuk mengerjakan tugas yang diberikan, maka waktu untuk mendapatkan stress yang moderat cenderung akan lebih 'mepet' dengan deadline.

Di lain sisi, seseorang yang merasa tidak begitu mampu dan kurang memiliki kompetensi (baru pertama kali mengerjakan jenis tugas seperti itu) akan cenderung mendapatkan stress yang moderat saat di awal waktu pemberian tugas (jauh dari deadline)

Hal ini dikarenakan, mereka yang merasa tidak begitu mampu dan kurang memiliki kompetensi, akan mengalami kondisi di mana mereka mungkin membutuhkan waktu memahami persoalan pada tugas, mencari referensi, bertanya kepada ahlinya dan mengoreksi sejumlah pengerjaan yang telah dilakukan.

Cara mempraktikkan insight dari Yerkes-Dodson Law

Pada bagian ini, penulis akan mencoba memberikan saran konkret kepada para pembaca untuk dapat meraih performa yang optimal ketika mengerjakan tugas, terutama yang kompleks.

Semisal, kamu diberikan sebuah tugas oleh guru / dosen untuk membuat suatu artikel dengan deadline dua minggu.

Pertama, kamu dapat membuat urutan terlebih dahulu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengerjakan tugas ini (task list / to do list), misalnya mencari topik artikel yang akan dibuat, melakukan riset pada topik tersebut, menulis pembukaan, menulis isi, menulis kesimpulan dan penutup.

Kedua, tentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan berdasarkan kemampuanmu dalam menyelesaikan setiap task list / to do list milestones yang telah kamu buat.

Semisal, mencari topik artikel (1 hari), melakukan riset pada topik tersebut (3 hari), menulis pembukaan (2 hari), menulis isi artikel (2 hari), menulis kesimpulan dan penutup (2 hari) dan memeriksa kembali keseluruhan artikel (1 hari).

Terakhir, buatlah jadwal yang telah disesuaikan dengan deadline 2 minggu yang diberikan guru / dosen. Lihatlah contoh berikut ini.

Contoh. Jadwal Pengerjaan Tugas Berdasarkan Yerkes-Dodson Law

Perlu diperhatikan, waktu penyelesaian ini didekatkan dengan deadline agar kamu dapat memanfaatkan stress yang dihasilkan dari adanya deadline, namun tidak berlebihan.


Tulisan ini telah melalui proses editorial oleh tim psikolog Lumina Consulting dan telah layak untuk dipublikasikan kepada khalayak umum.

Penulis - Muhammad Aldian Sevanna
Editor - Olaffiqih Wibowo, M.Psi., Psikolog