Stress & Depresi: Terasa Sama Tapi Nyatanya Berbeda

Stress & Depresi: Terasa Sama Tapi Nyatanya Berbeda
Photo by Yosi Prihantoro on Unsplash

Sebagian dari kita pasti pernah mengalami tekanan hidup dalam proses menjalani rutinitas keseharian, baik secara fisik, psikologis, dan sosial budaya.

Kelelahan fisik, kecemasan, ketakutan, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan berbagai sensasi negatif lainnya menjadi suatu hal yang pastinya akan kita rasakan ketika menghadapi tekanan hidup.

Uniknya, sejumlah sensasi negatif ini ternyata sering disalahartikan oleh sebagian besar dari kita loh!

Pernahkah kamu mendengar ucapan spontan yang kurang lebih seperti ini,

Duh, depresi banget nih gue! Tugas nggak ada satu pun yang di-acc sama dosen. Padahal kalau gagal ini mata kuliah, bakal ngulang tahun depan.

Jika dilihat dari ucapan yang disampaikan, pernyataan di atas sebenarnya lebih tepat disebut sebagai situasi yang memicu stress daripada kondisi mengalami sebuah depresi.

Memang situasi ini terkesan sederhana, tapi penggunaan istilah yang salah dapat berakibat pada ketidaktepatan dalam menanggapi dan menangani sensasi negatif yang muncul akibat tekanan hidup.

Agar tidak salah memahami penggunaan istilah stress dan depresi, mari kita pahami perbedaan antara kedua kondisi tersebut!

Mengenali Stress dengan Lebih Baik Lagi

Photo by Engin Akyurt on Pexels

Sebelumnya, kamu harus memahami apabila stress dan depresi bukanlah istilah yang digunakan untuk merujuk suatu pengertian yang sama.

Karena secara sederhana stress dapat diartikan sebagai,

Segala bentuk respon yang umumnya dirasakan oleh tubuh dan muncul akibat ketidaknyamanan dalam menghadapi stimulus yang menekan, seperti tekanan fisik, ketegangan emosional/psikologis maupun situasi sosial tertentu.

Pada dasarnya, setiap orang di seluruh dunia sangat berpeluang untuk mengalami stress di setiap tahapan perkembangan hidupnya.

Mulai dari kategori usia bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia sekalipun tidak terhindar dari stress.

Uniknya, stress merupakan cara tubuh untuk memberitahu jika disaat sensasi/respon tersebut terjadi maka kita perlu memberi perhatian khusus terutama pada pemicu terjadinya stres.

Tanda yang Menandakan Kita sedang Mengalami Stress

Tingkatan stress itu berbeda-beda pada setiap orang sesuai dengan kapasitas kemampuan menyelesaikan masalah dan ketahanan psikologisnya masing-masing.

Di satu waktu, stress dapat diatasi dengan cara menghindari sumber permasalahan atau melakukan sejumlah upaya defense mechanism.

Akan tetapi di kesempatan lainnya mungkin saja stress dapat diatasi dengan cara mengubah/mengadaptasikan diri kita dalam merespon sumber permasalahan.

Sebelum memutuskan bentuk penyelesaian apa yang akan dipilih, ada baiknya kita mengenali tanda-tanda mendasar seseorang yang sedang mengalami stress.

Photo by Nathan Cowley on Pexels

Berikut ini adalah tanda-tanda yang akan kamu alami saat mengalami stress, antara lain

  • Perubahan mood (suasana hati)
  • Berkeringat secara tidak wajar (tangan berkeringat atau berkeringat saat suhu sekitar dingin/tidak panas)
  • Mengalami sakit kepala, gangguan pencernaan (maag & diare), anggota tubuh bergerak tanpa kendali (gemetaran, kaki/tangan tidak bisa diam, dll)
  • Mengalami gangguan tidur (susah tidur atau tidur berlebihan)
  • Mengalami kerentanan untuk sakit atau merasa sakit secara fisik
  • Jantung berdebar-debar dan mencemaskan hal yang berkaitan dengan sumber tekanan/permasalahan, termasuk ketegangan otot tubuh
  • Berkurangnya dorongan untuk melakukan hubungan seksual

Gangguan Depresi Tidaklah Sama dengan Stress

Berbeda dengan stress, depresi secara sederhana dapat diartikan sebagai,

Suatu kondisi kesehatan mental yang mengacu pada gangguan mood (suasana hati) dan berpengaruh pada kestabilan kondisi emosional dalam periode waktu tertentu.

Mereka dengan gangguan depresi akan menghadapi kondisi emosi abnormal yang terjadi dalam rentang waktu yang tidak sebentar.

Situasi ini bahkan memunculkan distress berkepanjangan dan mempengaruhi penderitanya dalam beraktivitas sehari-harinya.

Meskipun gangguan depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental dengan jumlah penderita terbanyak, namun dalam rasio sebaran populasi dunia, tidak semua yang mengalami stress akan berakhir pada gangguan depresi.

Situasi yang Dialami oleh Penderita Gangguan Depresi

Photo by Sofia Alejandra on Pexels

Terdapat dua gejala khas yang akan kita temui pada penderita gangguan depresi, yaitu low mood dan kehilangan minat pada aktivitas keseharian.

Orang dengan gangguan depresi nyatanya tidak selalu menunjukkan kondisi yang sama atau serupa.

Pada sebagian orang dengan gangguan depresi, mungkin saja mereka akan kesulitan memulai aktivitas kesehariannya (seperti bangun dari tempat tidur).

Namun, pada sebagian penderita gangguan depresi lainnya, mereka dapat menjalani kesehariannya tanpa masalah bahkan bersikap normal seperti orang pada umumnya.

Meski demikian, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition - Text Revision (DSM 5 - TR) menyebutkan gejala yang akan muncul pada orang dengan gangguan depresi, antara lain

  • Mengalami depressed mood (suasana hati khas yang menunjukkan gejala gangguan depresi)
  • Hilangnya minat pada sejumlah hal di kehidupan, termasuk perasaan apatis dan tidak mampu merasakan kesenangan
  • Perubahan nafsu makan yang kontras (berkurang atau bertambah secara berlebihan)
  • Mengalami gangguan tidur yang berat (susah tidur atau tidur berlebihan)
  • Mengalami gangguan psikomotorik
  • Kelelahan berkepanjangan hampir di setiap waktu
  • Merasa tidak berdaya dan tidak berharga
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri (self harm atau suicidal thoughts)

Pentingnya Mengenali Perbedaan antara Stress & Depresi

Memang tidak mudah untuk mengenali perbedaan antara stress dan depresi, sehingga tidak heran jika masyarakat umum sering salah dalam menggunakan kedua istilah tersebut.

Akan tetapi, secara singkat dan sederhana kita dapat memahami jika,

💡
Stress tidak selalu berakhir dengan depresi, namun depresi umumnya dipicu atau disertai oleh stress.
Photo by SHVETS production on Pexels

Dari kesimpulan di atas, kita dapat memahami jika stress yang tidak tertangani dengan baik dapat berakhir menjadi sebuah gangguan depresi.

Dengan demikian, jika kamu melihat dirimu sendiri atau orang di sekitarmu mengalami stress maka maklumi saja dan jangan terlalu khawatir.

Namun, jika hal tersebut sudah mengarah ke gangguan depresi, maka ada baiknya segera temui profesional kesehatan mental (psikolog, psikiater atau konselor) terdekat.

Jadwalkan konsultasi untuk mendapatkan insight terbaik yang dapat kamu lakukan saat stressmu perlahan berubah menjadi gangguan depresi.

Olaffiqih Wibowo

Olaffiqih Wibowo

Olaff is a clinical psychologist & Universitas Gadjah Mada alumnus. He has interest in psychological intervention through technology, neuroscience, human capital & UI/UX.
Jakarta